Cerpen Sihir



 
Sierra Lubavitch — Buku Sihir Terlarang (Vandaria Saga)
 
   Sierra Lubavitch melarikan diri dari para pengejarnya menembus keangkeran Hutan Zinxcs di siang hari yang terik. Ia menyembunyikan diri di balik sebuah pohon besar. Sierra dapat mengintip para pengejarnya. Tiga orang frameles. Dua orang pria satu wanita. Tampaknya sang wanita adalah pemimpinnya. Wanita itu menyuruh kedua pria itu berpencar mencari sementara ia sendiri menajamkan pendengarannya untuk menangkap gerakan sekecil apapun.
   Sierra terengah-engah mencoba menenangkan diri sewaktu matanya seketika menatap bayangannya di tanah. Bodoh, makinya pada diri sendiri. Berapa banyak frameless yang mati karena kesalahan kecil? Dengan kemampuan dasarnya ia membuat bayangannya menghilang dari tanah. Sihir dasar yang dikuasai setiap marga Lubavitch. Sialan, sudah kuduga seharusnya aku melakukan perjalanan pada malam hari!
   Akan tetapi Hutan Zinxc mempunyai monster-monsternya sendiri ketika malam menjelang dan hal itulah yang membuat Sierra urung melakukan perjalanan pada malam hari. Dengan keahlian yang dimilikinya, Sierra sebenarnya mampu saja membuat satu atau dua copy dirinya untuk menyesatkan musuh. Hanya saja sihir semacam itu akan lebih efektif digunakan pada waktu malam, dimana tidak ada sinar matahari yang akan membuat sihirnya tampak seperti hologram. Bagaimanapun ia belum menguasai sihir tingkat tinggi klan Lubavitch itu. Frameless Lubavitch yang sakti seperti ibunya, Gemiere, dapat membuat replika dirinya berbicara dan bertingkah laku seperti penyihir biasanya dan bahkan untuk membunuh musuh!
   Sierra memutar otaknya dengan cepat. Ia tidak dapat berlama-lama lagi sembunyi di balik pohon ini. Ketajaman akal dan kecepatan berpikirlah yang menjadi salah satu ciri marga Lubavitch. Sierra mendapatkan ide. Tapi ini gila! Namun ia tidak mempunyai pilihan lain. Sierra mulai mendatangkan kabut yang menutupi seluruh penjuru hutan itu, lalu ia membuat replika-replika dirinya. Bukan hanya satu atau dua tapi ratusan! Tentu saja dalam bentuk yang tidak sempurna. Beberapa replika tidak mempunyai hidung, mata atau lengan dan bahkan ada yang tidak mempunyai kepala. Dan semua bentuk replika itu sangat tipis. Replika-replika itu mulai berlarian ke segala arah.
   Kedua frameless pria yang mengejarnya terpaku kebingungan sementara si wanita menatap satu-persatu replika itu dengan penuh selidik. Sebagai ahli dari sihir ilusi, marga Lubavitch mempunyai kemampuan untuk menghilangkan diri. Hanya saja ini adalah sihir tingkat tinggi yang hanya dikuasai oleh beberapa gelintir petinggi marga. Jika gadis ini dapat menghilangkan jari kelingkingnya saja, itu sudah membuat penyihir wanita yang mengejarnya terkagum-kagum.
   Karena itulah ketika kabut mulai menghilang, frameless wanita itu seketika mengambil keputusan untuk mengejar replika yang hanya mempunyai cacat sedikit. Replika itu terkejut dan mulai menambah kecepatan larinya. Kedua frameless pria ikut membantu rekannya sementara replika-replika Sierra yang lain mulai menghilang. Di balik persembunyiannya, Sierra berkonsentrasi agar replika yang dikejar itu membuat dirinya bertambah jauh dengan si penyihir wanita.
   Tepat pada saat si penyihir wanita menebas replika yang dikejarnya dan menyadari kesalahannya, Sierra memejamkan mata dan mengkonsentrasikan diri pada replika terakhir yang dimilikinya. Dengan energi mana yang tersisa, Sierra berusaha menyalin replika itu agar sama persis seperti dirinya. Menyempurnakan bagian-bagian yang tadinya cacat. Satu kesalahan kecil pun akan berakibat fatal. Sierra dapat mendengar langkah kaki dari tiga pengejarnya yang kembali ke tempat semula. Cepat, cepat, cepat batinnya dalam hati. Sekali lagi Sierra mengecek kondisi replika yang dibuatnya dan pada saat dia membuka mata, ia dapat melihat penyihir wanita yang berjarak 100 meter dari dirinya.
   Tanpa membuang waktu, penyihir wanita itu melancarkan mantra serangan pada dirinya.
   ”Reality” bisik Sierra pelan, satu detik sebelum mantra api itu membakar pohon di belakangnya. Tubuh fisik Sierra menghilang dan seketika muncul di tempat di mana replika yang dibentuknya tadi berada. Dengan panik, Sierra segera meraba-raba seluruh tubuhnya, memeriksa bahwa ia tak melupakan satu organ tubuh pun. Sejenak ia menghembuskan napas lega, sebelum ia menyadari bahwa kalungnya hilang. Perasaannya berampur aduk antara menyesal dan puas karena berhasil melakukan sihir sulit semacam ini tanpa ditemani anggota marganya.
   Sierra menyibak kerimbunan hutan dan berhati-hati agar tidak menginjak ranting yang patah. Jarak antara dirinya dan para frameless itu memang cukup jauh tapi Sierra sangat yakin kalau mereka mempunyai kemampuan untuk mengejarnya. Ia terlalu sering menengok ke belakang hingga melupakan bahwa hutan itu memiliki monsternya sendiri.
   ”Hore, makanan datang! Bambi mau makan!” sengau sesosok ogre bodoh yang ukurannya sangat besar sehingga dapat mencabut pohon besar untuk dijadikan pentungannya. Sierra terkejut tapi ia berhasil menghindar ketika sebatang pohon menghantam keras tanah tempatnya berdiri.
   Sierra berlari dan terus berlari. Ia sangat kesal bukan hanya karena dikejar ogre yang idiot tapi karena ogre itu memberitahu para musuhnya mengenai keberadaan dirinya. Tanpa ia sadari, seuntai air mata mengalir ke wajahnya ketika ia berlari. Ia perempuan yang tegar tapi ia tidak yakin dirinya dapat selamat.
   Tiba-tiba Sierra berhenti mendadak. Ia dapat melihat sosok abu-abu kecokelatan di depan sana. Sosok itu menghampirinya perlahan-lahan. Empat kaki. Lalu seekor serigala muncul dari balik rumput yang tinggi, menatap Sierra tajam.
   Sierra bersiap-siap bertahan sekaligus menyerang tapi sosok itu tiba-tiba berbalik ke arah kemunculannya tadi. Ia berhenti untuk menatap Sierra sejenak. Sierra mengerti. Serigala itu memintanya untuk mengikutinya. Sesaat Sierra ragu tapi lebih baik menghadapi seekor serigala sendirian dibandingkan satu ogre dan tiga frameless dengan niat yang busuk.
   Serigala itu berlari, meloncat, dan terkadang mengendus tanah. Sierra berusaha mengimbangi kecepatan lari serigala itu hingga menabrak sebuah pohon besar. Sierra mengerjapkan matanya tak percaya. Serigala itu menghilang seolah tertelan begitu saja. Sierra ragu-ragu, lalu terdorong motivasi oleh pohon-pohon tumbang yang berada di belakangnya, ia pun memejamkan matanya dan berlari mengikuti jejak sang serigala.
   Ia membuka matanya dan mendapati bahwa dirinya masih berada di hutan. Nuansa magisnya memberitahukan bahwa ia berada di hutan yang berbeda walaupun perasaan bahaya dan mengancam yang dirasakannya tetap ada sama seperti di hutan-hutan lainnya. Ia tidak tahu apakah ia berada lebih dekat atau justru semakin menjauh dari Negeri Jade. Yang Sierra yakini saat ini adalah bahwa dia harus mewaspadai serigala yang menolong dan membawanya menembus portal.
   Sierra hampir melancarkan serangan ketika sosok serigala itu berubah, sedikit demi sedikit menjadi lebih tinggi. Frameless!
   ”Istif vitch delirium!” rapal Sierra mengucapkan mantra menyerang sosok baru itu.
   ”Hei!” cowok itu memprotes. ”Bukan begitu harusnya caramu memperlakukan penyelamatmu” katanya berbisik, di belakang Sierra.
   Sierra terkejut, namun dengan reflex yang cepat ia berbalik, membuat pedang angin yang kasatmata di tangannya dan menebas ke arah cowok itu. Sebatang pohon besar tumbang. Lagi-lagi frameless itu berhasil menghindar. Sierra tak menghentikan serangannya dan justru semakin membabi buta walaupun ia nampak sudah kelelahan. Ia melancarkan serangan ke segala arah.
   ”Lebih baik kau menghembat mana-mu....” kata cowok itu di satu titik.
   ”Menyerahlah, kau tak akan bisa mengenaiku....” sambungnya di titik yang lain.
   ”Tunggu sebentar, dengarkan aku!”
   ”Hei!”
   ”Aku bukan musuhmu....”
   Cowok itu terus berpindah tempat dalam sekejap. Sierra merasa takut dan juga sekaligus kagum. Ilmu blink yang langka yang ia pikir sudah punah dan hanya dikenal melalui buku-buku tua saja saat ini sedang dihadapinya.
   ”Ah, ternyata kau cantik juga kalau sedang kesal!”
   Sebuah pohon tempat cowok tadi berada tumbang seketika sepersekian detik setelah kata-kata itu terucap.
   ”Aku lebih menyukai versimu yang ini dibandingkan ilusimu yang berjerawatan tadi!”
   ”Um hor pu aruk!” Sierra merapal sambil berbalik cepat. Hanya saja cowok itu tidak menghindar kali ini dan ia berada sangat dekat. Tampaknya cowok itu memposisikan diri sedemikian rupa sehingga Sierra tanpa sengaja menciumnya ketika ia membalikkan tubuh. Rencana itu berhasil dengan sukses tapi harus dibayar dengan harga yang mahal.
   Walaupun bibir mereka bersentuhan, frameless manapun dapat melihat dengan jelas saat roh si cowok mengawang-awang berusaha melepaskan diri dari tubuhnya. Entah terkejut karena dicium atau karena ia dengan spontan melakukan sihir yang dilarang oleh ibunya, Sierra tiba-tiba melemparkan cowok itu ke seberang pohon.
   Tubuh frameless cowok itu mendarat dengan keras namun Sierra tahu bahwa luka fisik itu tidak seberapa dibandingkan apa yang telah diperbuat Sierra dengan rohnya. Sudah terlambat.
   Cowok itu menatap Sierra seolah tidak percaya bahwa ia benar-benar dibunuh hanya karena sebuah ciuman! Tanpa sadar Sierra mulai merasa sedih karena alasan yang tak jelas dan tubuh cowok itu tiba-tiba menghilang.
   Sierra spontan menghampiri tempat dimana cowok tadi tergeletak. Ia juga berpaling dan memandang ke sekeliling, setengah berharap cowok itu memunculkan diri dan melontarkan ejekan kepadanya.
   Semenit berlalu dan tidak terjadi apa-apa. Hingga...
   ”Kau mencariku?” tanya cowok itu dengan nada ceria sama seperti sebelum jiwanya disedot. Sierra berbalik seraya melangkah mundur. Belajar dari pengalaman sebelumnya. Namun kali ini cowok itu bertindak agresif, dan ia meraih kepala Sierra dan menekankan wajahnya sendiri ke depan.
   Sierra menggeliat dan berusaha memberontak. Ia cukup dapat mengendalikan diri sehingga tidak mengeluarkan sihir yang sama seperti tadi. Akhirnya sebuah tamparan mendarat keras di wajah cowok itu.
   Cowok itu tertawa. ”Mengapa kau tidak berusaha membunuhku lagi?”
   Sierra terdiam. Ia sendiri nyaris tak percaya kalau cowok itu berhasil pulih dalam sekejap. Sihir yang tadi ia gunakan adalah sihir mantra serangan tertinggi klan Lubavitch dan siapapun yang berhasil menguasainya — level dasar sekalipun dapat dengan sengaja atau tak sengaja membunuh musuh apabila terkena.
   ”Kau merasa bersalah bukan?” kata cowok itu dengan nada yang mengejek.
   Semburat rona merah merayap di wajah Sierra. Ia sendiri tidak percaya kalau dia membiarkan dirinya dicium dua kali oleh orang asing ini. Sierra menyelami perasaannya dan mendapati kalau perasaan bersalah yang dirasakannya membuatnya membiarkan cowok itu melakukan apa yang diinginkannya.
   ”Kita impas. Kau lakukan sekali lagi dan aku akan mengirimmu ke Naraka!” kata Sierra tegas.
   ”Kurasa satu ciuman harga yang terlalu mahal dari upaya membunuh orang yang sudah menyelamatkanmu, ladies!”
   ”Dua.” Sierra memprotes.
   ”Ah, kurasa yang itu kau yang mencium — ugh... hei, tunggu, baiklah, dua!”
   Sierra mendesah lega. Tubuhnya terasa lemas dan kesemutan, menolak pengerahan sejumlah mana lagi.
   ”Apa maumu? Mengapa kau menyelamatkanku, bagaimana kau bisa menemukan portal, dan mengapa kau tak mati setelah terkena seranganku?” tuntut Sierra.
   ”Pertanyaanmu terlalu banyak...”
   ”Dan dimana sekarang kita berada?”
   Sierra menyandarkan diri di sebatang pohon tak bisa menyembunyikan kelelahannya karena pemakaian mana yang boros. Jika cowok ini berniat jahat kepadanya dan mengincar sesuatu miliknya, Sierra tahu kalau ia tak mampu lagi melawan.
   ”Kita berada di hutan Ahara dan aku tidak membawamu menembus portal.” jawab cowok itu.
   Sierra melengos lemas. Hutan Ahara? Itu berarti jaraknya dari Negeri Jade semakin menjauh. Tanpa sadar cowok itu melangkah mundur akibat tatapan membunuh yang dilemparkan Sierra.
   ”Kalau bukan portal lalu yang tadi itu apa?”
   Memang sulit dipercaya kalau cowok ini atau bahkan frameless manapun dapat dengan sengaja menemukan portal yang tepat di dunia Vandaria ini. Sama seperti gravitasi bagi manusia, Vanadis yang agung menciptakan suatu hukum alam dimana di sejumlah titik tertentu terdapat portal yang akan membawa siapapun baik manusia atau frameless jika tanpa sengaja memasuki atau terjatuh di portal itu. Dan entah membawanya ke mana...
   Baik atau buruk. Keberuntungan atau kesialan. Sebuah lelucon yang konyol dari pencipta alam ini.
   ”Flavianus! Aku meminta bantuan mereka.” sahut cowok itu.
   ”Marga suci yang tertutup itu?” tanya Sierra tak percaya. Siapa sebenarnya cowok ini? Bagaimana dia bisa sampai menjalin hubungan baik dengan anggota marga yang jarang ditemui?
   ”Bagaimana cara mereka — ah, biar kutebak! Marga Flavianus mempunyai suatu kekuatan untuk membawa seseorang di tengah alam liar yang satu ke alam liar yang lain?”
   Cowok itu terdiam tidak membenarkan atau menyalahkan.
   ”Kalau begitu, aku rasa tempat tinggal mereka di dalam pohon itu sendiri, bukan? Dan karena itu mereka tidak bisa ditemukan oleh frameless manapun!” suara gadis itu terdengar terlalu antusias untuk orang yang sudah kehabisan tenaga. Ia seriang filsuf yang berhasil memecahkan teka-teki selama ribuan tahun.
   ”Tapi bagaimana caramu menghubungi mereka?” rasa ingin tahu membuat Sierra tak terdengar marah lagi.
   Cowok itu mendesah. ”Telepati!” sahutnya.
   Telepati? Sierra terpana dan tersulut kembali rasa curiganya.
   Kau tidak percaya, bukan? Cowok itu membatin dalam benak Sierra dan gadis itu tersentak.
   Tatapan mereka kembali bertemu. ”Mengapa kau menyelamatkanku?” rasa curiga kembali mewarnai pertanyaannya.
   ”Mata di bayar mata, darah dibayar darah” cowok itu melatunkan kutipan perjanjian kuno. Sierra mengerti. Cowok itu menginginkan agar Sierra dan marganya merasa berhutang budi sehingga kelak bisa ditagih suatu saat. Bisa jadi dengan cara inilah ia menjalin hubungan dengan marga Flavianus.
   ”Kalau begitu sebutkan nama dan margamu agar aku dapat membayar pertolonganmu dengan harga yang pantas.”
   ”Namaku Kuruta Tuvai dan aku tidak membutuhkan emas dari negerimu!”
   ”Kau tahu siapa aku?”
   ”Tentu saja. Pakaianmu mengungkapkan siapa dirimu. Kutebak kau seorang bangsawan dari Negeri yang ingin kau tuju. Negeri Jade, benar?”
   Sierra mengangguk. ”Aku Sierra Lubavitch putri dari Gemiere Lubavitch dan aku tidak suka berhutang budi kepada siapa pun! Jadi sebutkan berapapun hargamu sehingga margaku dapat membayarnya.”
   ”Sudah kubilang aku tidak menginginkan emas. Aku hanya menginginkan hubungan baik antara margaku dan margamu”
   ”Sepuluh ribu keping emas?” tawar Sierra.
   ”Aku tidak —”
   ”Seratus ribu keping emas?”
   ”Ah, baiklah! Jika kau mendesak, bagaimana kalau satu ciuman lagi?”
   Wajah Sierra merona merah karena marah dan malu. Ia berpikir keras seraya mengepalkan kedua tangannya.
   ”Setuju! Dengan satu syarat. Kau harus membawaku ke hutan Jae di Negeri Jade dan aku akan memberikan apa yang kauminta!”
   ”Marga Flavianus tidak akan membantumu lagi sekalipun aku memohon pada mereka”
   ”Kenapa?” tanya Sierra.
   Kuruta melihat ke sekelilingnya. ”Kau sudah terlalu banyak menghancurkan tempat tinggal mereka.”
   ”Itu ketidaksengajaan!” Sierra memprotes.
   ”Mereka tidak akan peduli” Kuruta mengangkat bahu. ”Tapi aku bisa menemanimu pergi ke Negeri Jade”
   ”Aku tidak butuh bantuanmu!” Sierra mendesis.
   Kuruta tersenyum. ”Kau ingin berkelana seorang diri dengan sisa energi segitu?”
   ”Energiku akan pulih dalam beberapa hari. Lagipula aku masih belum tahu bagaimana mungkin kau tidak mati setelah terkena seranganku. Aku tidak ingin berpetualang dengan seseorang yang tidak bisa kubunuh!”
   Kuruta menyengir lebar. ”Filosofimu mengenai teman seperjalanan tampaknya menyenangkan. Baiklah, aku tidak mati karena bisa pergi ke Alam Mana!”
   ”Alam Mana?” Sierra mengerutkan kening.
   ”Ya. Setidaknya aku bisa mencapai level dasar alam tersebut. Foun Tain, kau pernah dengar?”
   Sierra mengangguk. Ia pernah membacanya di salah satu buku koleksi di Perpustakaan Ahza. Disana dikatakan bahwa alam Foun Tain adalah Alam Mana tingkat dasar dimana terdapat pusat energi kehidupan dan kesaktian tanpa batas. Siapapun yang berhasil pergi kesana akan memperoleh kehidupan dan kesaktiannya kembali sesuai dengan batas ilmu yang dimilikinya terakhir kali. Orang yang bertapa disana secara rutin akan memperoleh kesempatan untuk mencapai tingkat berikutnya.
   ”Kau dapat pergi ke Foun Tain dan hanya tinggal selama semenit?” Sierra berteriak tak percaya.
   ”Aku terlalu merindukanmu” Kuruta mengedipkan mata dengan nakal.
   ”Berapa kali kau dapat pergi ke sana?”
   ”Setengah tahun sekali” jawab Kuruta.
   Sierra menggigit bibirnya dengan kesal. Dan ia masih berani menciumku! Bagaimana kalau aku menyerangnya lagi tadi?
   ”Kau memang lumayan hebat tapi aku tidak melihatmu memiliki tingkat kesaktikan yang tinggi untuk pergi ke Alam Mana. Bagaimana caramu untuk —”
   Tunggu, pikir Sierra
   Menjadi werewolf di siang bolong? Blink? Telepati? Tuvai?
   Sierra membelalakan matanya terkejut. ”Sihir utamamu tipe perubah! Kau bisa berubah wujud, blink, dan telepati! Berati kau juga bisa Teleport!? Itu caramu pergi ke Alam Mana?”
   Kuruta mengangguk. ”Benar. Dan kau terlalu banyak bertanya. Sekarang giliranku. Kenapa ketiga frameless tadi mengejarmu? Apa yang diinginkan mereka?”
   Sierra berusaha menahan luapan kegembiraannya. Jika cowok ini menguasai sihir Teleport maka ia bisa dengan mudah mengantar Sierra ke Negeri Jade.
   ”Aku dan margaku akan merasa behutang budi jika kau dapat mengantarku ke Istana Jadejoo Park. Kami akan memenuhi tiga tuntutan permintaan darimu selama itu tidak mengancam kelangsungan hidup margaku atau mengkhianati kesetiaan kami pada Negeri Edenion maupun persahabatan kami dengan marga Parlidor.”
   ”Wow... sebentar! Kau terlalu meremehkan sihir Teleport! Sihir perpindahan ini lebih sulit dan berbahaya dibandingkan sihir perpindahan yang tadi kaulakukan. Sihir ini—”
   ”Jangan meremehkan sihirku!” bentak Sierra.
   ”Maaf!” ujar Kuruta tulus. ”Aku hanya mau bilang bahwa levelku belum sampai untuk mengajak elemen bernyawa!”
   Sierra kecewa dan menatap Kuruta dengan pandangan yang melecehkan sehingga cowok itu merasa perlu untuk membela diri.
   ”Aku rasa kau perlu mempelajari sihir ini agar tidak menatapku seperti itu. Jika kau mau, dengan senang hati aku akan mengajarimu. Petama-tama, kau tidak diizinkan untuk membawa benda duniawi apapun untuk mempelajari sihir ini. Kau paham? Tidak boleh sepotong benda duniawi apapun. Kau hanya dizinkan membawa apa yang kaubawa sejak lahir. Karena hanya itulah esensi dirimu yang murni.”
   Entah persyaratan itu sungguhan atau tidak, Sierra benar-benar benci karena Kuruta dapat membuat wajahnya memerah lagi.
   ”Lalu kau dizinkan untuk membawa benda-benda. Pertama, kau hanya diizinkan membawa benda-benda alami seperti batu, rumput maupun ranting pohon. Bobot berat tidak menjadi masalah selama tidak ada elemen bernyawa yang dapat dilihat oleh mata di dalam benda tersebut. Jika ada seekor semut saja maka tamatlah riwayatmu. Setelah benda alami, tahap berikutnya adalah benda buatan dan kemudian benda magis.”
   ”Aku sudah menguasai sampai tahap yang terakhir. Sesungguhnya aku mampu membawa elemen bernyawa yang tidak memiliki niat baik maupun buruk seperti manusia dan frameless. Binatang hanya mempunyai insting bukan kehendak.” Kuruta mengakhiri penjelasannya dengan bangga nyaris angkuh.
   ”Seberapa kuat benda magis yang dapat kaubawa?” selidik Sierra.
   Kuruta tersenyum misterius. ”Tak terbatas. Selevel pedang Raidra yang tak berasal dari dunia ini.”
   Sierra merasa Kuruta berkata jujur. Hanya saja dapatkah ia dipercaya? Bagaimanapun, beban benda magis yang dibawanya dapat mempengaruhi jalannya sejarah Vandaria.
   Sejak semula, marga Lubavitch memang memiliki semacam ikatan dengan buku-buku sihir terlarang. Sebagian besar koleksi di Perpustakaan Ahza berasal dari keberanian para marga Lubavitch mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengamankan buku itu di tempat yang teraman.
   Sebagai seorang putri, Sierra ternyata bukan perkecualian dan justru ia dilimpahi misi suci (atau kutukan) untuk mengamankan buku sihir terlarang dari yang terlarang. Membangkitkan orang mati.
   Tentu saja literature buku semacam ini berlimpah ruah di Perpustakaan Ahza. Tapi Sierra mendapatkan buku ini dengan cara yang istimewa. Buku itu muncul begitu saja dari dalam tanah ketika ia sedang mencari Sisik Naga Merah di perkuburan Tulang Naga. Sierra segera menyadari bahwa buku itu semacam benda langka yang hanya muncul sekian abad sekali. Dan dari sanalah segala penderitaan ini bermula....
***
   Sierra memutuskan kalau Kuruta tidak dapat dipercaya dan ia pergi meninggalkannya.
   ”Hei, tunggu! Kau pergi begitu saja?” panggil Kuruta.
   ”Apa maumu?” bentak Sierra.
   ”Aku rasa utang-piutang diantara kita belum selesai, kan? Lebih baik aku menemanimu pergi ke Negeri Jade. Ibumu pasti lebih dapat menilai dengan adil mengenai jasa yang telah kulakukan padamu” kata Kuruta licik.
   ”Kau!”  Sierra kehabisan kata-kata. Seumur hidupnya ia belum pernah bertemu dengan frameless yang dengan terang-terangan menagih budi atas jasa yang telah dilakukannya. Hal itu biasanya dilakukan dalam pertemuan terhormat dengan rentetan kata-kata yang mengalun dengan anggun.
   Ia berusaha mengabaikan Kuruta dan meneruskan perjalanannya seorang diri. Kuruta mengikutinya dari belakang. Berjam-jam mereka berjalan sambil membisu. Sierra tak mau mengakui bahwa dirinya merasa tenang dengan keberadaan Kuruta tapi keheningan yang dipecahkannya membuktikan hal itu.
   ”Apa yang kaulakukan di hutan Zinxc?” tanya Sierra.
   ”Aku mencari seseorang” jawab Kuruta, tenggelam dalam lamunannya.
   ”Teman?”
   ”Tidak juga. Aku hanya belum melunasi janji yang kuucapkan.”
   Sierra terbahak. ”Kau berhutang pada seseorang?”
   Kuruta tidak menjawab dan itu membuat tawa Sierra makin keras. Menyebalkan tapi enak didengar.
   ”Hebat! Suku mana yang mengikat perjanjian hutang denganmu?” ejek Sierra.
   ”Ras Ameris” sahut Kuruta.
   ”Manusia?” langkah Sierra terhenti mendadak. ”Maksudmu, kau berhutang pada manusia?”
   Kuruta dapat melihat kejijikan yang dipancarkan oleh mata Sierra ketika ia mengucapkan kata itu.
   ”Ya. Ada yang salah?”
   Sierra bergidik. ”Aku lebih baik dibunuh musuhku seribu kali daripada diselamatkan manusia! Mereka makhluk yang lemah, serakah, dan munafik! Kaupikir untuk apa aku mempertaruhkan nyawa mengantarkan buku ini? Semua itu demi agar Rahwan dan raja-raja lalim manusia zaman dahulu agar tidak bangkit kembali! Oh, memang ada beberapa frameless yang—”
   ”Buku?” tanya Kuruta.
   Sierra mengiggit bibirnya, menyalahi dirinya karena kelepasan bicara. Raut wajahnya tiba-tiba berubah dingin dan sel-sel dalam tubuhnya menjadi waspada.
   ”Apa aku sudah bilang kalau kau berubah menjadi sangat cantik ketika memancarkan hawa membunuh?” Kuruta melangkah mundur.
   Sierra mengamati Kuruta sejenak lalu ia mendesah. Cowok ini lebih terlihat defensive dibandingkan agresif. Mungkin membagi rahasia pada seseorang dapat membuat beban ini terasa lebih ringan.
   ”Tiga orang frameless itu mengejar buku ini. Aku menemukannya dan di dalamnya terdapat sihir-sihir hitam yang secara moral dilarang oleh semua marga. Tapi kau tahu kalau selalu ada satu dua orang frameless yang berambisi untuk mencapai level tak terbatas. Mereka mempelajari sihir dari marga lain dan tipe sihir yang tidak sesuai dengan bakat bawaannya. Dan tentu saja jika mereka dapat mempelajari salah satu sihir hitam yang terlarang, kemungkinan mereka untuk menang dari musuh-musuhnya akan semakin besar.”
   Kuruta tampak merenung dan berpikir. ”Sihir terlarang macam apa yang tertulis di buku itu?”
   Sierra menjawab dengan ragu-ragu. ”Membangkitkan orang dari kematian.”
   ”Oh, ya?” Kuruta mengangkat alisnya tak percaya. ”Bukankah sihir-sihir semacam itu sudah banyak ditulis oleh frameless yang mengejar harta dan ketenaran?”
   ”Ini berbeda!” kata Sierra sebal. ”Buku ini memancarkan hawa magis yang kuat dan aku yakin kalau ini sebuah Vadis!” jelasnya, menyebutkan istilah untuk benda yang tidak berasal dari dunia ini.
   Kuruta menyipitkan matanya. ”Aku tak percaya. Boleh kulihat?”
   ”Tidak!” sahut Sierra tegas.
   ”Kau tidak percaya padaku?” tanya Kuruta.
   ”Tentu saja” cibir Sierra.
   Kuruta menghela napasnya. ”Terserah padamu. Aku hanya ingin membantu. Kalau kau mau, aku bisa mengantarkan buku itu ke Negeri Jade dan kembali lagi ke sini, sehingga kita bisa melanjutkan perjalanan ini dengan tenang.”
   Tawaran itu terdengar menarik tapi terlalu manis bagi Sierra.
   ”Kalau kau takut, menjauhlah dariku!”
   Kuruta tersenyum licik. ”Aku hanya takut jika harus menolongmu lagi”
   Mereka terpaksa bermalam di hutan itu dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Sebenarnya beberapa mil lagi mereka akan sampai di kota terdekat andai saja tidak terjadi peristiwa itu. Tiga orang frameless perempuan sedang mengelilingi seorang frameless  perempuan lainnya yang tergeletak tak berdaya di tanah.
   ”Kita harus menolongnya!” seru Sierra. Kuruta meremas tangan Sierra. Wajahnya berubah menjadi pucat dan ketakutan.
   ”Kita harus segera pergi dari sini!” kata Kuruta.
   ”Apa?” bentak Sierra.
   ”Tidak ada yang bisa kita lakukan” sahut Kuruta.
   ”Kita bisa menolongnya!
   ”Aku tidak menguasai sihir penyerangan dan mereka pemilik sihir terlarang!” Kuruta mengajak Sierra berlari ke arah yang berlawanan.
   ”Sihir terlarang macam apa—” kata-kata Sierra terpotong dengan kehadiran tiga orang  frameless perempuan yang usianya hanya terpaut tiga sampai lima tahun dari dirinya.
   ”Well, tampaknya kita dapat dua orang lagi!” kata perempuan berambut cokelat sambil tersenyum manis.
   ”Aku mau yang lelaki!” sahut gadis berambut pirang yang berjalan santai di belakang si rambut cokelat.
   ”Seperti biasa kau selalu memilih yang terlezat!” sebuah sosok terjun dari sebuah pohon dan ia memiliki mata hijau yang menakutkan.
   ”Yang cewek terlihat kurus kering. Ia pasti tidak mempunyai banyak mana yang tersisa” si rambut cokelat mendelik pada Sierra. Ia menengok ke arah teman-temannya dan tiba-tiba sekelebat bayangan melesat melewati dirinya dengan sangat cepat.
   Kuruta dan Sierra muncul di titik yang lain tidak jauh dari tempat mereka tadi berada. Sierra menatap Kuruta dengan pandangan terkejut.
   ”Kau lihat itu? Ia masih bisa melakukan sihir di area yang telah kita segel!” si rambut pirang berkata dan tiba-tiba ia lenyap dan muncul dari dalam tanah di hadapan Kuruta dan Sierra.
   Si mata hijau tersenyum, ”Sambil membawa temannya pula. Sepertinya ia menyembunyikan energi mana yang dimilikinya!”
   Perlahan-lahan Kuruta melepaskan genggaman tangannya dan ia menatap Sierra dengan tatapan menyesal. Sierra hendak bertanya ketika tiba-tiba Kuruta menghilang dari hadapannya.
   ”Dia lari!” seru si rambut pirang.
   ”Yvonne kejar!” perintah si mata hijau.
   Gadis berambut cokelat tiba-tiba muncul di hadapan Kuruta yang tampak terkejut.
   ”Kau ingin meninggalkan pacarmu? Ck, ck, sangat tidak ksatria!” si rambut cokelat mendesah kecewa..
   ”Kau juga bisa blink?” tanya Kuruta.
   ”Blink? Oh, jadi itu nama sihir keren ini? Tidak. Aku hanya bisa meniru sihir terakhir yang digunakan seorang frameless yang berada di dekatku” jawab si rambut cokelat.
   Kedua temannya menyusul dan si rambut pirang mencengkram kedua pergelangan tangan Sierra di belakang punggungnya. Sierra menatap Kuruta dengan benci.
   ”Seharusnya ini menjadi saat ketika tokoh laki-laki berkata, ’Lepaskan dia! Dia tidak ada hubungannya dengan hal ini!’. Ah... tapi kurasa kau tidak peduli dengan gadis itu, kan?” seloroh si rambut cokelat.
   ”Sudah cukup main-mainnya!” si mata hijau tiba-tiba muncul di samping Kuruta dan melakukan suatu perapalan. Kuruta tidak dapat bergerak. Ia menjadi panik. Tadi ia bermaksud melakukan Teleport untuk kabur tapi hanya sihir blink yang mampu ia lakukan. Ia mengutuk dirinya sendiri karena ceroboh memasuki area pemilik sihir segel.
   ”Hei, sisakan untukku!” jerit si rambut pirang yang masih menahan Sierra. Tubuh Kuruta melayang di udara dan Sierra dapat melihat ketika aura biru mengalir dari tubuh Kuruta dan diserap kedua frameless itu.
   Sierra berusaha memberontak melepaskan diri.
   ”Kau peduli padanya?” Si rambut pirang tertawa. ”Dia sudah meningalkanmu dan kau masih peduli padanya?”
   Rasa marah dan benci membuat Sierra berhenti memberontak.
   ”Nah, begitu, tenanglah! Jika energi mananya cukup untuk kami bertiga, kami tidak akan membunuhmu sehingga kau bisa menguburkan mayatnya!” Si rambut pirang tersenyum dan tanpa sadar Sierra menitikkan air matanya.
   Sierra, hei, Sierra! Kuruta mengirim pesan telepati. Sierra mendongak terkejut.
   Lepaskan bukunya! Berikan padaku! Kau dengar? Cepat berikan padaku!
   Sierra memicingkan matanya. ”Untuk apa?” teriaknya pada Kuruta. Si rambut pirang menoleh terkejut, ”Kau berbicara dengan siapa?”
   Percayalah! Berikan saja bukunya padaku!
   ”Kau meninggalkanku!” raung Sierra marah. ”Untuk apa aku membantumu!?”
   Mereka tidak akan melepaskanmu juga. Mereka akan membunuhmu! Mereka dapat menyimpan energi Mana seorang frameless di dalam benda magis yang mereka miliki. Kau pikir mereka akan melepaskanmu?
   Di mata Sierra, keadaan Kuruta nyaris sama kritisnya saat ketika jiwanya ditarik keluar. Aura biru itu kini berubah warna menjadi merah kekuningan. Kedua frameless itu sedikit tercengang ketika suatu energi yang berasal dari Alam Mana meresap ke dalam tubuh mereka. Kuruta tampak pucat sekali. Bibirnya mulai memutih seperti gadis frameless tadi.
   Sierra mengatupkan rahangnya. Mulutnya berkomat-kamit mengucapkan suatu perintah.
   ”Percuma! Kau tidak bisa melakukan sihir di area ini!” celetuk si rambut pirang.
   Akan tetapi apa yang dilakukan Sierra tidak dapat digolongkan sebagai sihir. Ini adalah sejenis mantra pemanggilan seperti ketika Amazu Vermont memanggil pedang Raidra yang terpisah dari dirinya untuk menebas seekor Naga. Hal ini membutuhkan ikatan yang kuat antara frameless dengan benda magis yang memilihnya
   Cincin di jari manis tangan kanan Sierra berpendar-pendar. Lalu dengan suatu kekuatan sentakan yang hebat, si rambut pirang terlempar ke belakang sementara Sierra terdorong jauh ke depan. Buku kematian itu membebaskan energinya setelah sekian lama tersimpan di dalam cincin CMB — salah satu Vadis yang dapat menyimpan atau mengekang kekuatan Vadis dan benda magis lain.
   Buku itu terjatuh ke tanah dan kemudian hawa perkuburan dan bau busuk tulang-belulang menyerbak ke seantero hutan itu. Daun-daun yang tadinya hijau berubah menjadi kuning, layu, dan berguguran.
   Binatang-binatang dalam radius tertentu seketika mati dan semua frameless yang berada disana dapat merasakan hawa menekan seolah malaikat maut berkepala tengkorak itu mengacungkan sabit panjangnya untuk menebas leher mereka.
   Kuruta memanfaatkan saat itu untuk melakukan blink dan mengambil buku kematian yang tergeletak di tanah. Perlahan-lahan Sierra dan frameless lainnya mulai pulih dari perasaan tertekan. Mereka terpana takjub menyaksikan aura Kuruta yang bewarna biru-merah kekuningan berpadu dengan aura gelap buku itu. Hitam, abu-abu dan ungu.
   Ketiga frameless penyegel itu tidak membuang waktu dan segera melancarkan serangan pada Kuruta. Aura buku itu diserap oleh mereka dan sedetik kemudian kaki mereka tenggelam ke dalam tanah.
   ”Hentikan!” perintah frameless bermata hijau. ”Ini energi yang tidak murni!”
   Kuruta tersenyum lalu ia melakukan blink beberapa kali dan pergi meninggalkan hutan itu.
   Kepala Sierra terasa pening. Ia merasakan orientasi yang luar biasa hebat. Kehilangan arah dan jurusan. Ia menatap sekelilingnya untuk mewaspadai datangnya serangan. Kuruta tersenyum penuh kemenangan di hadapannya dan Sierra dapat melihat gadis frameless yang tadi berusaha diselamatkannya, tergeletak di tanah dan mulai siuman.
    Sejenak ia menyadari dimana dirinya berada. Di depan pintu gerbang Negeri Jade.
   ”Kau membawaku kemari?” tukas Sierra tercengang.
   ”Ya” sahut Kuruta.
   ”Katamu kau tidak bisa membawa elemen bernyawa!” Sierra meninggikan suaranya.
   ”Aku bohong!” Kuruta tersenyum jahil.
   Raut wajah Sierra menjadi tegang dan waspada ketika melihat Kuruta masih memegang buku itu.
   ”Kembalikan buku itu padaku!” perintahnya galak.
   ”Ah, ini!” gumam Kuruta. ”Sayang sekali, aku belum selesai meminjamnya!”
   ”Jangan main-main! Apa yang kau inginkan dari buku itu? Awas, jangan sampai jatuh!” Sierra mewanti-wanti.
   Kuruta menatap mata Sierra dalam-dalam. ”Senang berkenalan denganmu!” katanya. Lalu ia membalik buku itu dan merobek satu halaman di dalamnya.
   ”Apa yang kau—” Sierra melesat maju untuk merebut buku itu dari tangan Kuruta tapi cowok itu dalam sekejap melakukan blink beberapa langkah ke belakang.
   ”Akan kukembalikan setelah bertemu dengannya! Sampai jumpa!” lalu ia melempar buku itu kepada Sierra dan menghilang bersama selembar halaman yang ia curi.
   Berbulan-bulan kemudian Sierra terus mengurung diri di Perpustakaan Ahza untuk mencari motif dari tindakan Kuruta. Sejak semula ternyata cowok itu sudah mengikutinya dan mengincar buku kematian itu. Sierra sangat cemas dan resah ketika memikirkan apa yang bisa dilakukan buku itu kepada alam disekitarnya. Tidak, Kuruta tidak mungkin menggunakan selembar halaman itu untuk tujuan yang tidak baik, pikirnya meyakinkan diri.
   Ayah ibunya tidak dapat membujuk Sierra untuk berhenti membaca buku. Ia terus menyelidiki tentang marga Tuvai, Alam Mana dan semua sihir yang dimiliki oleh Kuruta. Akhirnya suatu literatur kuno berhasil memuaskannya. Di sana dikatakan bahwa sihir Teleport memerlukan sejumlah syarat tertentu agar dapat dikuasai.
   Selain esensi diri yang murni, si pemilik sihir ini juga harus pernah mendatangi tempat dimana sihir ini akan ia gunakan. Jika belum menjelajahi wilayah tersebut, si pengguna sihir harus memiliki sebuah benda yang murni berasal dari daerah tersebut.
   Dan sekarang jelas sudah apa yang akan Kuruta lakukan pada selembar halaman itu.
   Aku akan mengembalikannya setelah bertemu dengannya!
   Ia membutuhkan halaman itu untuk menemui temannya di alam kubur. Dan Sierra berasumsi dengan pedih
   Pasti cewek!
THE END

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lengkap Tentang Museum Mpu Tantular

Cerpen Pendidikan - TUHAN JADIKAN AKU JENIUS