Cerpen Inspiratif
Saat Makan Siang
Lomba cerdas cermat
adalah lomba yang pertama kali aku ikuti yaitu saat aku masih kelas 5 di SDN
Beloh 2 Mojokerto, sedangkan aku sekarang sudah kelas 3 jurusan pariwisata di
SMKN 1 Trowulan. Saat itu aku lomba di SDN bejijong 1 lomba dimulai pukul 08.00
dan istirahat pukul 10.00 sampai pukul 10.30 lalu lomba dilanjutkan lagi pukul
10.30 sampai pukul 12.30. Saat lomba aku diantar oleh wali kelasku yaitu Pak Junaidi.
Saat istirahat lomba
pukul 10.00, aku dan guruku jalan kaki menghampiri sebuah warung nasi rames dibelakang
SDN Bejijong 1 untuk makan siang. Kami langsung masuk dan duduk lalu guruku
memesan “Bu nasi rames 2 sama es teh 2”. Penjualnya hanya diam saja dan
langsung membuatkan pesanan dengan wajah yang cemberut. Pelayanan yang buruk
padahal kan pembeli adalalah raja. Setelah penjual selesai membuat nasi rames,
penjual itu menaruh pesanannya dimeja kami, guruku berkata dengan sopan “terima
kasih” tapi penjualnya hanya bilang “ya” dengan nada yang cepat lalu langsung
pergi kedalam.
Aku sangat jengkel
menerima layanan seperti itu walau pun itu cuma warung kecil kan seharusnya
pelayanannya harus tetap bagus dalam
hatiku berkata itu “penjual itu ingin menjual makanan apa mencari musuh kok
pelayanannya sangat menyebalkan”. Yang mengherankan, guruku tidak jengkel dan
terlihat biasa bahkan masih tersenyum kepada penjual itu. Saat kami makan aku
bertanya kepada guruku “Kenapa Bapak masih bersikap sopan dan tersenyum kepada
penjual itu?”. Guruku menjawab “memangnya kenapa? Lagipula bapak tidak akan
mengizinkan penjual itu menentukan cara bapak dalam bertindak, bapak lah yang
menentukan cara hidup bapak bukan orang lain”
“Tapi sikap dia kan
sangat buruk” kataku yang masih jengkel. “Ya, terserah dia. Dia mau jahat, marah-marah,
tidak sopan, melayani dengan buruk atau yang lain, itu urusannya dan gak ada
hubungannya dengan bapak. Kalau bapak sampai terpengaruh, berarti bapak
membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup bapak. Padahal kan bapak sendiri
yang bertanggung jawab atas diri bapak ini. Bapak bisa terpilih menjadi wali
kelas mu karna sikap bapak yang berbeda dengan yang lain yaitu tetap baik
walaupun orang-orang jahat kepada bapak. Lagipula Allah lah yang lebih berhak
membalas sikap mereka”. Omongan guruku tadi langsung nancap dihatiku, saat kami
selesai makan guruku memanggil penjualnya, penjualnya pun keluar dengan wajah
cemberut lagi sambil bilang “semuanya 20 ribu”. Guruku langsung membayarnya dan
mengucapkan “terima kasih” penjualnya hanya mengangguk dan kami pun kembali ke
SDN Bejijong untuk melanjutkan lomba.
Saat mengerjakan soal
lomba pensilku patah dan aku hanya membawa 1 pensil dan tidak punya rautan
pensil. Lalu aku menoleh kesekitarku melihat lihat apakah ada rautan pensil
dimeja mereka, ternyata anak yang duduk dibelakangku membawa rautan pensil.
“Aku boleh pinjam rautan pensilnya” dengan nada halus sambil menoleh
kebelakang. Anak itu tetap mengerjakan dan hanya bilang “jangan ini rautannya
udah rusak” dengan nada cuek. Ingin aku marahi anak itu tapi aku ingat sikap
guruku tadi. Aku pun membalikkan badan ku lalu melanjutkan mengerjakan soal
lomba dengan menyambung patahan pensilku dengan cara memegangi patahannya
sehingga aku pun menulis dengan hati-hati. Dan harus tetap konsentrasi walaupun
keadaanku saat itu sangat melas..
1 minggu kemudian aku
kembali ke SDN Bejijong 1 untuk pengumuman hasil lomba. Ternyata saat diumumkan
Alhamdullilah aku menjadi juara 3 dan aku sangat bahagia apalagi ini adalah
prestasi pertamaku. Sedangkan anak yang duduk dibelakangku tidak dapat juara
apa-apa.
Pengalamanku yang
seperti itulah yang sampai saat ini masih aku kenang. Padahal aku waktu itu
kelas 5 SD sedangkan sekarang sudah kelas 3 SMK. Aku harus berbuat baik kepada
siapa pun walaupun mereka jahat kepadaku. Aku harap semua orang bisa berlaku seperti
itu. Sehingga dunia ini akan lebih indah karna dipenuhi oleh orang-orang baik.
Komentar
Posting Komentar